Oleh: Mulyawan Safwandy Nugraha
Opini – Di tengah perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), refleksi mendalam terhadap pendidikan di Indonesia menjadi semakin penting, terutama di bidang pendidikan karakter. Era digital telah membawa peluang tanpa batas dalam pendidikan, namun juga memunculkan tantangan unik dalam pembentukan karakter siswa. Kasus-kasus pelanggaran norma dan etika yang semakin sering terjadi di kalangan pelajar menunjukkan urgensi untuk mengintegrasikan pendidikan karakter yang lebih kuat dalam kurikulum.
Kasus seperti perundungan siber dan penyebaran informasi palsu oleh pelajar adalah indikator bahwa pendidikan kita masih perlu banyak peningkatan dalam aspek pembentukan karakter. Kasus-kasus ini sering kali berakar pada kurangnya pemahaman tentang empati, integritas, dan tanggung jawab sosial. Di era informasi yang serba cepat dan serba terbuka ini, remaja kita terpapar pada berbagai stimulus yang kadang kala sulit untuk diproses tanpa panduan karakter yang kuat. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menjadi fondasi yang diperkuat untuk melindungi siswa dari terjerumus ke dalam perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Menghadapi situasi ini, sekolah dan guru memegang peranan kunci dalam membimbing dan menanamkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, keadilan, serta rasa hormat terhadap perbedaan. Kurikulum harus dirancang tidak hanya untuk menguji kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosional dan sosial. Ini mencakup pelajaran tentang bagaimana berinteraksi secara etis di media sosial, cara menghargai keberagaman, dan pentingnya membangun dialog yang konstruktif.
Selain itu, keterlibatan orang tua dan komunitas juga sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Orang tua harus menjadi contoh perilaku yang baik dan berperan aktif dalam mendidik anak-anak tentang nilai dan etika. Komunitas dan lembaga pendidikan harus bekerja sama menciptakan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan moral dan emosional siswa. Hal ini termasuk menyediakan platform untuk diskusi terbuka tentang etika, nilai, dan konsekuensi dari tindakan mereka dalam masyarakat yang lebih luas.
Di Hardiknas tahun ini, marilah kita mengambil momen ini untuk merenungkan dan mengakselerasi upaya-upaya pengintegrasian pendidikan karakter dalam setiap aspek pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, kita tidak hanya mendidik generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana dan beretika dalam bertindak. Ini adalah komitmen jangka panjang yang harus kita galakkan bersama untuk memastikan bahwa pendidikan Indonesia mampu menghasilkan pemimpin masa depan yang tak hanya kompeten, tapi juga komprehensif dalam karakter.
Sumber : https://kagetnews.com/opini/membangun-fondasi-karakter-di-era-edukasi-tanpa-batas-refleksi-hardiknas/